Melaka Academy
Pengelolaan Inventori Produk

Barang Reject: Arti dan Cara Memanfaatkannya untuk Pasar

Arti barang reject adalah barang yang kualitas mutunya tidak lolos standar tertentu sehingga mengurangi nilai produk. Produk reject dapat dimanfaatkan kembali dengan cara didaur ulang, dijual spare partnya, dijadikan bahan evaluasi, atau dijual obral.

Dalam proses produksi barang, tidak semua proses dapat berlangsung sesuai rencana. Ada kalanya, terjadi kesalahan dalam tahap produksi, sehingga kualitas barang tidak sesuai yang diharapkan. Biasanya, produk tersebut akan dilabeli sebagai barang atau produk reject.

Setiap pemilik usaha yang memproduksi maupun mendistribusikan barang memberikan perlakuan yang berbeda-beda untuk produk reject. Namun, biasanya perlakuan tersebut diberikan sesuai tujuan bisnis yang juga terencana oleh pemilik usaha atau perusahaan.

Dalam praktiknya, barang reject juga bisa meminimalisasi kerugian meski dari tidak lolos standarisasi kualitas manufaktur. Berikut inilah cara yang bisa dilakukan oleh pemilik usaha untuk pemanfaatan barang reject.

Artikel terkait: Stock Opname Barang: Pengertian, Tujuan, Metode, dan Strategi

Arti Barang Reject

Barang reject adalah barang yang dianggap tidak memenuhi standar kualitas tertentu yang ditentukan produsen atau manufaktur. Biasanya, pengelompokkan kategori barang reject akan diberikan oleh tim quality control (QC) karena faktor cacat produksi, kesalahan desain, atau ketidaksesuaian spesifikasi produk.

Melansir dari Law Insider, arti barang reject merupakan sejumlah produk yang ditolak pada saat pengambilan sampel; atau lapisan bahan yang tertinggal saat produk dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain; atau produk yang tercampur dengan standar ukuran berbeda.

Setiap perusahaan atau produsen memiliki standar mutu yang jelas, baik secara tertulis atau tidak, terkait dengan kualitas produk yang layak jual ke pasar. Saat ada barang yang tidak memenuhi standar mutu tersebut, barang tersebut dikelompokkan sebagai bahan reject.

Pada beberapa situasi, ada perusahaan yang memang membeli, mengolah, dan menjual kembali barang reject dengan nama brand berbeda. Barang reject hasil pengolahan ulang tersebut dikenal dengan sebutan original equipment manufacturer (OEM).

Cara Memanfaatkan Produk Reject

Meskipun tidak memenuhi standar mutu produk, barang reject bisa saja masih layak pakai dan bisa dipasarkan. Namun, pemilik usaha harus mengakui adanya kekurangan dari produk tersebut demi nama baik brand, manufaktur, dan pihak stakeholder lain yang terlibat. Pada beberapa situasi, berikut ini beberapa cara memanfaatkan produk reject.

1. Dipakai sebagai suku cadang

Saat tidak lolos sebagai produk kelas satu, bisnis manufaktur bisa menggunakan spare part dari barang reject untuk mengurangi limbah. Cara ini juga bisa menjadi alternatif untuk efisiensi proses produksi dan mengoptimalkan sumber daya.

Jika spare part dari produk reject masih diidentifikasi layak pakai oleh manufaktur, bagian tersebut bahkan bisa dijual kembali pada konsumen yang membutuhkan.

2. Didaur ulang

Selain dimanfaatkan kembali bagian kecilnya, barang reject juga bisa dimanfaatkan untuk proses daur ulang. Biasanya, barang akan dipecah menjadi beberapa bagian dan didaur ulang untuk membuat produk baru atau bahan mentah pada produsen yang membutuhkan.

3. Dijadikan bahan evaluasi

Dalam lingkungan industri, barang yang tidak lolos QC bisa dijadikan sebagai bahan pelatihan atau pendidikan. Produk bisa dijadikan contoh sebagai barang yang tidak lolos standar mutu perusahaan, sehingga dapat memberi gambaran bagi para staf untuk menjaga kualitas produksi di masa yang akan datang.

Artikel terkait: Arti Barang Preloved, Cara Menjual, dan Perbedaan dengan Thrift

4. Jual secara obral

Barang reject juga bisa dimanfaatkan untuk dijual kembali jika hanya terdapat cacat ringan pada produk. Biasanya, industri fashion memanfaatkan cara alternatif ini sebagai upaya meminimalisasi kerugian.

Barang akan dijual dengan harga lebih rendah dari harga jual asli di pasaran dengan jumlah banyak (bundling) sekaligus. Dengan begitu, kamu juga tidak perlu menumpuk barang di gudang penyimpanan dan mungkin bisa mendapatkan perputaran modal.

Untuk menjual barang dengan cara obral ini, biasanya brand memberikan penanda pada bagian produk yang cacat. Dengan cara ini, konsumen akan tetap mengetahui secara sadar jika terdapat kekurangan pada barang yang dibeli.

5. Donasi sosial

Pilihan lainnya adalah mendonasikan barang yang masih memiliki nilai dan layak guna untuk program donasi sosial. Untuk menjaga kepercayaan orang terhadap brand, kamu perlu benar-benar memastikan bahwa kualitas produk aman dan tidak membahayakan. Cara ini tidak hanya bisa mengurangi limbah, tapi juga membantu pihak yang membutuhkan.

Singkatnya, barang reject tidak selalu merugikan bagi usaha meski kualitas produknya tidak layak jual sebagai produk kelas satu. Namun, hal terpenting adalah mengakui adanya cacat produk jika ingin memanfaatkan kembali produk reject untuk dilepas dari manufaktur.

Jangan ketinggalan informasi dan inspirasi berbisnis lainnya hanya di website Melaka Omnichannel! Tidak hanya tips and tricks menarik, melalui Melaka Omnichannel kamu bisa kelola banyak akun marketplace hingga membuat pembukuan online shop secara otomatis. Coba GRATIS, sekarang!